Pada suatu pagi aku
memasuki sebuah bangunan yang sangat asing bagiku. Ibu bilang bangunan itu
adalah sekolah baruku. Aku merasa sangat takut, aku hanya dapat bersembunyi di
balik ibuku. Di sekolah itu aku
melihat beberapa guru yang terlihat sangat baik dan ramah. Meskipun begitu aku
masih saja bersembunyi di balik ibuku. Ibu hanya tersenyum melihtaku. Tak lama
kemudian ibu bertemu dengan seseorang yang terlihat ramah dengan senyumnya yang
mengembang lebar. Ia tersenyum padaku dan mengucapkan salam
pada ibuku. Aku membalas senyumnya dan ibu membalas salamnya. Ibupun mengobrol
dengannya. Aku masih tetap di balik ibuku. Aku sangat takut bahkan hanya untuk
melepaskan ibu.
Beberapa hari kemudian,
aku sudah sekolah di bangunan yang dulu aku ke sana bersama ibuku. Aku datang agak terlambat
di hari pertama ku sekolah. Langsung saja bu guru yang dulu berbicara pada ibu
mengantarku pada kelasku. Kelas yang besar di banding kelasku di sekolah
sebelumnya. Di dalamnya ada sebuah
meja untuk guru dan 35 meja dan bangku untuk para siswa. Tidak seperti SD ku
yang dulu. Di SD yang dulu aku hanya menggunakan meja lipat dan duduk di tikar
yang menyatu dengan lantai.
Pelajaranpun dimulai. Aku
duduk di sebelah seseorang yang baik menurutku. Ia hanya sedikit centil, juga
di sebelah seorang siswa yang berbadan agak besar. Bentuk formasi kursinya
membentuk huruf U, seperti bentuk sekolah yang juga berbentuk U. Aku merasa
sangat malu ketika disuruh maju kedepan kelas untuk memperkenalkan diri. Aku hanya
mengatakan nama dan alamat rumah. Rasanya aku hampir mau pingsan jika terus
berdiri di depan semua orang di kelas. Benar-benar sangat memalukan. Akupun langsung
duduk di kursi ku begitu di persilakan duduk oleh bu guru. Pada awalnya aku
merasa takut dan malu karena tidak ada seorangpun yang aku kenal. Namun aku
mulai membiasakan diri, aku mulai berbicara pada mereka dan mulai akrab akupun
senang karena mempunyai teman teman yang baik.
Pada suatu hari
teman-temanku membicarakan sesuatu tentang seseorang. Katanya ada seseorang
siswa yang baru datang. Aku ikut mendengarkan desas desus tersebut. Pada hari
yang di bicarakan dia dating. Orang yang tinggi dan berbahu lebar. Tadinya kami
saling cuek. Tapi lama kelamaan kami jadi sering bersama dan menjadi sahabat. Aku
sangat senang karena mempunyai banyak teman. Sejak saat itu aku terus mendapat
banyak dan semakin banyak teman.
Thanks to Lazuardi Hafidz
Fanani , Azmi Muhammad Robby, Galih Aji
Wirayuda , and all my teacher, and
my parents too.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar