Rabu, 23 Januari 2013

Kucing...


Pus Menyong Si Kucing 
Semua pada taukan yang namanya kucing? Nah, saya punya beberapa pengalaman dengan kucing. Ini dia salah satunya. Sebelum dimulai mohon do’anya untuk si pus menyong yang sering mangkal di atep rumah dulu. Mudah-mudahan dapat makanan yang enak di sana dan gak balik ke sini lagi buat ngambil ikan di dapur.
Nah, kisah ini bermula ketika seekor kucing jantan yang di sebut pus berkeliaran di depan rumah. Setiap hari ia mondar-mandir menunggu barangkali ada yang mau berbaik hati memberinya ikan. Pada suatu hari, saya yang saat itu masih kecil (hmm, lupa kelas udah kelas berapa waktu itu) melempar sepotong ayam yang tidak habis saya makan. Ia pun memungut dan memakan ayam yang tadi saya lemparkan.
Hari-hari selanjutnya ia malah lebih keterlaluan lagi. Si pus kadang masuk ke dapur dan mengambil makanan yang ada di sana. Kadang sampai membuat saya kesal, walaupun sudah diusir berkali-kali ia tidak akan pernah menyerah untuk mengambil ikan di dapur. Pernah suatu saat saya melemparnya dengan sapu sampai ia terjatuh dan terlihat kesakitan. Sejak saat itu ia mulai jarang menyelinap ke dapur. Mungkin takut saya lempar lagi dengan sapu. Suatu saat ia tak terlihat ketika saya pulang dari sekolah, sepertinya ia sudah tidak di sini lagi karena tidak dapat makanan.
Beberapa hari setelah itu terjawab sudah pertanyaan kemana si pus beberapa hari kebelakang. Ia ke rumah bersama seekor kucing betina. Hari-hari selanjutnya pun menjadi hari yang biasa. Kejar-kejaran dengan si pus. Sampai suatu saat ia pergi dan meninggalkan si betina yang tidak diberi sebutan, tepatnya belum kami beri sebutan. Kami pun memberinya sebutan si pus menyong. Kelakuannya tidak berbeda jauh dengan si pus. Ia sering menyelinap ke dapur dan mencuri makanan di sana. Sehari ia dapat mengambil makanan sampai tiga kali. Sangat banyak bagi seekor kucing.
Makin hari makin besar perut si pus menyong, dan ternyata ia sedang hamil. Suatu hari ia tidak mengambil makanan, tapi ia pergi ke lantai atas yang belum jadi sepenuhnya dan diam di sana. Sepertinya ia sedang puasa. Beberapa hari kemudian ia melahirkan anak yang lucu dan manis. Ia melahirkan tiga anak. Satu mirip dengan si pus yang berwarna kecoklatan yang satu lainnya warnanya hitam dan sisanya mirip dengan si pus menyong yang berwarna abu-abu. Saya dan teman-teman sering menggendong anak-anaknya dan sering membawanya ke tanah merah dan menaruhnya di akar pohon yang pohonnya sudah hilang.
Waktu berlalu dengan cepat. Anak-anak si pus menyong pun sudah besar dan siap untuk hidup sendiri. Suatu hari kejadian yang tragis terjadi, pus menyong tertabrak mobil hingga mati. Kadang saya merindukan kejar-kejaran dengannya di dapur dan di kamar. Saat di pesantren pun begitu, saya sering teringat akan kenangan bersamamu. Saya akan selalu mengingatmu, itsu made mo kawaranai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar