Pus Menyong Si Kucing
Semua pada taukan yang namanya kucing? Nah, saya punya beberapa
pengalaman dengan kucing. Ini dia salah satunya. Sebelum dimulai mohon do’anya
untuk si pus menyong yang sering mangkal di atep rumah dulu. Mudah-mudahan
dapat makanan yang enak di sana
dan gak balik ke sini lagi buat ngambil ikan di dapur.
Nah, kisah ini bermula ketika seekor kucing jantan yang di sebut pus
berkeliaran di depan rumah. Setiap hari ia mondar-mandir menunggu barangkali ada
yang mau berbaik hati memberinya ikan. Pada suatu hari, saya yang saat itu
masih kecil (hmm, lupa kelas udah kelas berapa waktu itu) melempar sepotong
ayam yang tidak habis saya makan. Ia pun memungut dan memakan ayam yang tadi saya
lemparkan.
Hari-hari selanjutnya ia malah lebih keterlaluan lagi. Si pus kadang
masuk ke dapur dan mengambil makanan yang ada di sana . Kadang sampai membuat saya kesal,
walaupun sudah diusir berkali-kali ia tidak akan pernah menyerah untuk
mengambil ikan di dapur. Pernah suatu saat saya melemparnya dengan sapu sampai
ia terjatuh dan terlihat kesakitan. Sejak saat itu ia mulai jarang menyelinap
ke dapur. Mungkin takut saya lempar lagi dengan sapu. Suatu saat ia tak
terlihat ketika saya pulang dari sekolah, sepertinya ia sudah tidak di sini lagi
karena tidak dapat makanan.
Beberapa hari setelah itu terjawab sudah pertanyaan kemana si pus
beberapa hari kebelakang. Ia ke rumah bersama seekor kucing betina. Hari-hari
selanjutnya pun menjadi hari yang biasa. Kejar-kejaran dengan si pus. Sampai suatu
saat ia pergi dan meninggalkan si betina yang tidak diberi sebutan, tepatnya
belum kami beri sebutan. Kami pun memberinya sebutan si pus menyong. Kelakuannya
tidak berbeda jauh dengan si pus. Ia sering menyelinap ke dapur dan mencuri
makanan di sana .
Sehari ia dapat mengambil makanan sampai tiga kali. Sangat banyak bagi seekor
kucing.
Makin hari makin besar perut si pus menyong, dan ternyata ia sedang
hamil. Suatu hari ia tidak mengambil makanan, tapi ia pergi ke lantai atas yang
belum jadi sepenuhnya dan diam di sana .
Sepertinya ia sedang puasa. Beberapa hari kemudian ia melahirkan anak yang lucu
dan manis . Ia melahirkan tiga anak. Satu mirip
dengan si pus yang berwarna kecoklatan yang satu lainnya warnanya hitam dan
sisanya mirip dengan si pus menyong yang berwarna abu-abu. Saya dan teman-teman
sering menggendong anak-anaknya dan sering membawanya ke tanah merah dan
menaruhnya di akar pohon yang pohonnya sudah hilang.
Waktu berlalu dengan cepat. Anak-anak si pus menyong pun sudah besar dan
siap untuk hidup sendiri. Suatu hari kejadian yang tragis terjadi, pus menyong
tertabrak mobil hingga mati. Kadang saya merindukan kejar-kejaran dengannya di
dapur dan di kamar. Saat di pesantren pun begitu, saya sering teringat akan
kenangan bersamamu. Saya akan selalu mengingatmu, itsu made mo kawaranai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar