Sabtu, 04 Oktober 2014

Cerita SA part 1

Dunia memang kejam, setidaknya biarkan diriku memilih masa depanku sendiri. Kenapa? Kenapa hanya aku yang sejak lahir tidak mengenal siapa orang tuaku ini direnggut kebahagiannya? Hei seseorang, tolong diriku ini. Tolong beritahu diriku apakah arti hidupku di dunia ini? Jika memang tak ada, untuk apa aku hidup?
Kerajaan yang sudah tidak lagi mendengar suara rakyatnya dan rajanya pun semena-mena tanpa memikirkan rakyatnya. Kemiskinan terjadi dimana-mana, korupsi, kolusi dan nepotisme sudah menjadi maknan sehari-hari pejabatnya. Siapa juga takkan menginginkan untuk singgah di kerajaan ini, mendengarnya saja pun enggan. Cerita ini dimulai pada kerajaan yang sudah diambang kehancurannya.


Seperti biasa di sebuah pasar yang ramai nan kumuh banyak pedagang yang menjual berbagai barang. Mulai dari makanan seperti roti, buah-buahan, keju, dll. Sampai budakpun dijual di sini. Tersebut disebuah kios terlihat seorang budak legendaris dan sangat terkenal. Ia terkenal akan keahliannya yang tidak dimiliki oleh budak-budak pada biasanya. Salah satu kemampuannya adalah pembawa sial. Konon orang yang menjadi tuannya secara misterius akan menjadi miskin dan bisnisnya akan bengkrut selama budak tersebut ada disisinya. Terlihat di kios tersebut seorang kakek tua yang menjadi majikan budak tersebut. Mungkin ia menjadi orang kesekian kalinya yang terjebak. Bisnisnya hancur dan tinggal budak itu sendirilah yang bisa ia jual. Dari tatapan mata si budak terlihat semua beban yang ia lalui, selama ini. Penyiksaan, cacian serta makian sudah menjadi kegiatan rutin sebelum ia dioper ke majikan lain yang tidak berbeda pula kejamnya. Terdapat banya luka di tubuhnya yang kurus namun berotot itu. Tangannya yang dirantai dililitkan pada sebuah tiang menggantung pasrah tanpa harapan untuk hidup secercahpun.
Dalam keadaan pasar yang ramai itu, tampak seorang lelaki remaja yang mengenakan jubah hitam berjalan seraya melihat-lihat kekanan kirinya mencari sesuatu. Sesekali ia melihat pada kios-kios tertentu tanpa membeli apapun. Tak lama sampailah ia pada kios kakek tua yang bisnisnya hancur gara-gara si budak legendaris tersebut. Ia melihat lamat-lamat pada barang dagangan kakek tua tersebut. Kakek tersebut pun menghampirinya dan mempersilakannya melihat-lihat budak-budaknya yang ia pajang di pasar tersebut. Tanpa memperhatikan kakek tua tadi lelaki ini hanya menatap seorang budak perempuan. "Hei kakek tua, berapa kau jual orang ini?" Sambil menunjuk budak yang legendaris tersebut. "Tidak mahal tuan, hanya 200 keping perak," kata kakek tua penjual budak tersebut dengan wajah cerah akhirnya ada juga yang mau membeli budak yang membawa sial itu. "Mahal sekali kakek tua, bukankah ini orang yang banyak di bicarakan itu?" Dengan sedikit lemas karena rahasianya sudah diketahui dan harga budak tersebut yang sudah sangat murah malah ditawar lagi. "Tuan, kasihanilah hamba yang telah renta, mencari sesuap makanpun sulit. Jika memang harga yang hamba tawarkan memang terlalu mahal maka sebutlah harga yang tuan kehendaki." Dengan memelas kakek tua itu memohon harga yang pantas pada lelaki berjubah hitam tersebut.
"Wajah cukup cantik dan dia masih muda dan kuat, tuan takkan menyesal jika membelinya." Lanjut kakek tua tersebut.
"Oke, aku ambil dia." Kata lelaki itu seraya menjulurkan tangannya yang menggenggam kantong besar. Wajah si kakek pun menjadi sedikit lebih cerah, apalagi setelah tahu apa isi dari kantong tersebut.
"Apakah anda yakin dengan ini tuan, keping emas sebanyak ini?"
"Ambil saja, lalu cepat turunka ia." Lelaki tersebut membalikan badan dan menunggu orang yang barusan dibelinya. Tak lama kemudian kakek tua tersebut memberikan rantai yang terikat ke leher si budak. Lelaki tersebut pun mulai melangkahkan kaki dan pergi meninggalkan pasar tersebut.
Mereka berdua berjalan hingga sampailah mereka berdua pada sebuah tanah lapang yang sama sekali tidak ada orang yang lewat. Dengan pasrah si budak hanya mengikuti tuannya. Tiba-tiba lelaki itu melepaskan rantai yang ada di tangannya dan mengambil sebuah pedang pendek dari balik jubah hitamnya. Perlahan lelaki tersebut melepaskan sarung pedangnya, terlihat dari kilaunya betapa takamnya mata pedang tersebut. Di dalam hati si budak berkata, "orang sepertiku yang bahkan nyawaku tak bernilai dimata orang-orang takkan aneh jika dibeli untuk memuaskan nafsu membunuh."
Sekelebat kilat terlihat di mata si budak, sesuatu mengucur deras dari lehenya. Pandangannya melayang berputar, dan pada detik berikutnya semua terlihat gelap. Angin dingin menerpa kulit pucatnya yang terjatuh begitu saja. Terdengar suara pedang yang dimasukan kembali ke dalam sarungnya. Suara burung gagak pun nyaring terdengar berterbangan di segala penjuru. Terlihat tubuh kaku seorang gadis tergeletak diantara rerumputan.
"Sekarang kau sudah bebas, kau bisa pergi ke tempat manapun yang kau suka, kau bebas merasa aman tanpa takut penyiksaan." Suara lelaki tersebut. Tubuh yang kaku tadi perlahan mulai bergerak. Sambil mengumpulkan nyawa yang tadi sempat melayang.
"Kenapa kau tidak membunuhku?" Tanya mantan budak tadi.
"Kenapa pula aku harus membunuhmu?" Jawab lelaki tersebut.
"Bukankah kau membeliku untuk dibunuh?"
"Kenapa pula aku harus repot-repot membayar sekantong keping emas hanya untuk dibunuh?"
"Aku hanya budak, kebebasan bagiku adalah ketika aku diberi tugas oleh majikanku. Selain itu walau aku engkau bebaskan pun, aku tak punya tempat untuk kembali."
"Gawat!"
"Kenapa?"
"Aku menggunakan semua uangku tadi untuk menebusmu, sekarang aku benar-benar lapar."
"Kalau begitu kenapa kau tadi tidak, menerima harga awalku? Kenapa pula kau harus memberikan seluruh uangmu untuk membeliku?"
"Aku hanya tidak suka."
"Apanya?"
"Aku tidak suka ketika nyawa seseorang dijual dengan murah, bahkan segunung emas pun takkan sanggup untuk menebusnya." Demi mendengar perkataan lelaki tersebut senyum si budak perlahan terkembang, dari matanya perlahan menetes air yang menghangati pipinya. Dalam hati ia berkata "Terima kasih, baru kali ini ada seseorang yang benar-benar menganggapku sebagai seseorang. Aku hanyalah budak hina, hidupku hanyalah bergantung pada majikanku. Aku tidak mempunyai kemampuan dan pengetahuan sama sekali untuk terbang di langit yang tinggi. Tapi ia datang kepadaku, memberikan secerah harapan. Ia memberikan diriku ini kebebasan untuk menjelajahi dunia ini."
"Kenapa kau menangis?" Kata lelaki tersebut. Seketika gadis itu mengusap air matanya berlutut di hadapan si laki-laki yang memasang wajah bingung dan berkata dengan tegas. "Aku Vati mulai hari ini aku adalah pelayan dari anda, aku akan menjadi sayap untuk anda, aku akan menjadi tangan untuk anda, aku akan selalu berada di sisi anda sampai akhir hayatku. Hidupku adalah milik anda, aku akan mengikuti anda kemanapun perginya." Sontak lelaki itu terkejut dan mengambil langkah mundur.
"Aku sudah memutus rantai yang mengikat leher, kaki, dan tanganmu. Sekarang kau bisa bebas pergi ketempat apapun yang kau suka."
"Walau aku sudah tak terikat lagi, namun di dunia ini aku tak memiliki tempat untuk pulang." Sejenak lelaki itu berpikir.
"Aku mengerti, jika kau tidak memilikinya, maka akan kuberikan satu. Aku akan memberikanmu tempat untuk kembali." Dalam hidupnya baru kali ini si budak mengucapkan sumpah setia yang berasal dari hatinya sendiri. Cerita masih terus berlanjut. Namun sekian untuk bagian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar