Selasa, 29 Januari 2013

Cerita Baroe


Tersasar
Karya     : Muhammad Al-Faruq Habiburrahman
Pada suatu sore yang panas dan terik, aku berjalan ke arah perempatan untuk menunggu angkot yang biasa lewat situ. Karena aku pulang agak telat dari biasanya, aku pulang sendiri tanpa teman-teman yang biasa pulang dengan ku. Akupun menaiki angkot dengan rute biasanya. Sampai royal aku menunggu angkot dengan bosan, ingin rasanya aku meloncat ke rumah dan langsung tidur di kasur. Tak lama kemudian angkotpun datang dan menghampiriku. “Mau kemana mas?” kata si sorpi angkot. “Ke Cijawa gak?” Kata ku. Si sopir hanya mengangguk, akupun langsung naik saja ke dalam.
Di dalam angkot aku menunggu sampai tujuan sambil membaca buku novel yang aku bawa dari rumah. Tanpa aku sadari angkot yang kunaiki sudah pindah dari jalur yang seharusnya ia lewati. Jika biasanya aku ke Cijawa, angkot yang kunaiki malah berbelok kanan yang ke arah cilegon. Aku terus membaca dan tidak menyadari itu.
Sampai di suatu tempat aku melihat sedikit ke luar untuk memastikan sudah sampai di mana. Aku terperanjat ketika melihat sebuah indomaret yang bertuliskan kramat watu. Aku pun langsung minta di turunkan dan protes ke si sopir. Si sopir bilang “tadi mas bilang mau ke Cilegon bukan?” aku pun langsung lemas. Aku turun tanpa di pungut biaya sepeserpun. Sekarang aku bingung ingin melakukan apa. Aku tidak bawa hand phone karena dilarang di sekolah, mau naik ojek tapi biayanya terlalu mahal dan di rumah belum tentu ada uang untuk membayarnya. Aku hanya bertanya pada si mamang ojek. “Mang kalau mau ke Cijawa dari sini naik apa?” kata ku. “Oh, mas mau ke Warung Pojok? Kalau dari sini naik ojek aja, lima belas juga bias. Kalau mau naik angkot biasanya jarang.”
Azan pun berbunyi, sudah maghrib dan aku belum sampai ke rumah. Akupun memutuskan untuk salat terlebih dahulu. Akupun berdoa agar diberikan jalan untuk kembali ke rumah dengan selamat. Pasca salat, aku hanya duduk sambikl merenung. Aku berpikir, jika ada angkot dari royal ke sini, berarti seharusnya ada juga yang dari sini ke royal. Akupun bangkit dan mencoba bertanya ke mamang ojek yang tadi “mang kalau ke royal ada nggak?” kata ku. “Banyak kok, tungguin aja.” Akupun menunggu angkot lewat. Ketika ada sebuah angkot aku langsung bertanya, “mang, royal?” langsung dijawab “yuk, naik!” aku pun naik ke angkot tersebut. Jam enam lewat aku baru mulai menuju rumah.
Ketika di tengah jalan, tiba-tiba si sopir meminta yang ke royal agar pindah ke angkot sebelah, ia pun meyakinkan bahwa tidak di pungut biaya. Akupun pindah ke angkot sebelah yang sudah terparkir manis di depan papan bertuliskan dilarang berhenti di sini. Akupun naik saja dan angkotpun langsung melaju dengan kencang. Sesampai royal aku langsung menunggu angkot jurusan Cijawa. Aku tidak mau kejadian barusan terulang lagi, jadi aku menunggu hingga mamang angkotnya berkata iya sebelum naik.
Aku sampai di Cijawa jam tujuh, saat azan isya berkumandang. Karena sudah malam, aku memilih untuk naik ojek agar lebih cepat. Berutung sepanjang siang tadi tidak hujan. Jika hujan pasti aku sudah kedinginan. Sampai di rumah aku langsung mandi dan makan. Setelah itu aku langsung melayang ke pulau kapuk di kasurku yang empuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar