Tersasar
Karya : Muhammad
Al-Faruq Habiburrahman
Pada suatu
sore yang panas dan terik, aku berjalan ke arah perempatan untuk menunggu
angkot yang biasa lewat situ. Karena aku pulang agak telat dari biasanya, aku
pulang sendiri tanpa teman-teman yang biasa pulang dengan ku. Akupun menaiki
angkot dengan rute biasanya. Sampai royal aku menunggu angkot dengan bosan,
ingin rasanya aku meloncat ke rumah dan langsung tidur di kasur. Tak lama
kemudian angkotpun datang dan menghampiriku. “Mau kemana mas?” kata si sorpi
angkot. “Ke Cijawa gak?” Kata ku. Si sopir hanya
mengangguk, akupun langsung naik saja ke dalam.
Sampai di
suatu tempat aku melihat sedikit ke luar untuk memastikan sudah sampai di mana.
Aku terperanjat ketika melihat sebuah indomaret yang bertuliskan kramat watu. Aku
pun langsung minta di turunkan dan protes ke si sopir. Si sopir bilang “tadi
mas bilang mau ke Cilegon bukan?” aku pun langsung lemas. Aku turun tanpa di pungut
biaya sepeserpun. Sekarang aku bingung ingin melakukan apa. Aku tidak bawa hand
phone karena dilarang di sekolah, mau naik ojek tapi biayanya terlalu mahal dan
di rumah belum tentu ada uang untuk membayarnya. Aku hanya bertanya pada si
mamang ojek. “Mang kalau mau ke Cijawa dari sini naik apa?” kata ku. “Oh, mas
mau ke Warung
Pojok ? Kalau dari sini naik ojek
aja, lima belas
juga bias. Kalau mau naik angkot biasanya jarang.”
Azan pun
berbunyi, sudah maghrib dan aku belum sampai ke rumah. Akupun memutuskan untuk
salat terlebih dahulu. Akupun berdoa agar diberikan jalan untuk kembali ke
rumah dengan selamat. Pasca salat, aku hanya duduk sambikl merenung. Aku berpikir,
jika ada angkot dari royal ke sini, berarti seharusnya ada juga yang dari sini
ke royal. Akupun bangkit dan mencoba bertanya ke mamang ojek yang tadi “mang
kalau ke royal ada nggak?” kata ku. “Banyak kok, tungguin aja.” Akupun menunggu
angkot lewat. Ketika ada sebuah angkot aku langsung bertanya, “mang, royal?”
langsung dijawab “yuk , naik!” aku pun
naik ke angkot tersebut. Jam enam lewat aku baru mulai menuju rumah.
Ketika di
tengah jalan, tiba-tiba si sopir meminta yang ke royal agar pindah ke angkot
sebelah, ia pun meyakinkan bahwa tidak di pungut biaya. Akupun pindah ke angkot
sebelah yang sudah terparkir manis di depan papan
bertuliskan dilarang berhenti di sini. Akupun naik saja dan angkotpun langsung
melaju dengan kencang. Sesampai royal aku langsung menunggu angkot jurusan
Cijawa. Aku tidak mau kejadian barusan terulang lagi, jadi aku menunggu hingga
mamang angkotnya berkata iya sebelum naik.
Aku sampai
di Cijawa jam tujuh, saat azan isya berkumandang. Karena sudah malam, aku
memilih untuk naik ojek agar lebih cepat. Berutung sepanjang siang tadi tidak
hujan. Jika hujan pasti aku sudah kedinginan. Sampai di rumah aku langsung
mandi dan makan. Setelah itu aku langsung melayang ke pulau kapuk di kasurku
yang empuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar