Sabtu, 11 Agustus 2012

Cerita Ku


Desa Misteri
Oleh: Habiburrahman

Libur kenaikan kelas sudah tiba. Habib, Azmi , dan Rifqi pergi berlibur. Mereka pergi ke gunung heoglafist dengan mobil Azmi. Perjalanan yang jauh dan melelahkan, saat matahari mulai turun merekapun beristirahat di sebuah desa bernama lafist. ”Mi udah gelap nih, istirahat dulu yuk,” kata Rifqi memberi usul. ”Iya, Rif udah gelap, ya, ga kerasa,” Azmi mengiyakan menyusul. ”Dikit lagi nyampe ke puncak, dah ah, lanjut aja,” Habib merasa keberatan. ”kamu sih enak tinggal tidur aja, lah? Saya harus nyetir, ” Iya, Bib, jangan egois, udah gelap kayak gini kok malah langsung, nanti bahaya loh.”
”Yang penting kita pikirin  mau bermalam dimana?”
”Betul juga ya, Mi, eh, di situ kayaknya ada desa”
 Habib akhirnya mengalah juga.
”Mana, ah?” kata Rifqi sambil mengeluarkan kepalanya keluar jendela. ”Itu loh  yang terang terang kayak ada lampu.”
”Ooo... itu,  Rif, yang ada kuning kuningnya.” akhirnya Azmi menemukannya juga.
”Udah gak usah dicari lagi nanti juga ke sana.” Azmipun mengarahkan mobilnya ketempat yang bercahaya.
Di sepanjang jalan mereka melihat rumah kotak kotak,
”Dilihat dari jendela rumah itu sepertinya penghuninya sudah tidur” kata Rifqi. ”Memang rumahnya gelap tapi barang kali rumah itu penghuninya masih bangun, yuk kita coba dulu” Azmi yang sudah kelelahan ingin segera istirahat. ”Ga ah, aku gak mau mengganggu. Eh itu ada rumah yang masih terang yuk kita coba numpang disana.”Tapi kelihatannya rumah itu angker deh” kata Rifqi ketakutan. ”Udah ah gitu aja takut” Azmi sudah keluar dari mobil. ”Rif mau ikut gak dari pada diluar ditemenin sama anjing anjing dipojok itu” Habib menyusul Azmi. Rifqipun lari kearah Azmi dan Habib yang sudah setengah jalan. ”Ya sama anjing aja takut” ejek Habib. ”Udah udah” kata Azmi menengahi. Azmi dan Habibpun mengetuk pintu diikuti Rifqi yang ketakutan.
”Assalamu’alaikum ada orang didalam? halo?” Hening... akhirnya seseorang didalam membukakan pintu yang kelihatanya sudah tua dan tampak menyeramkan, Rifqipun menutup matanya. Sesosok nenek nenek tua muncul dari balik pintu yang barusan dibuka. ”Kan kata saya juga apa, gak ada yang harus ditakuti” Azmi membuka mata Rifqi secara paksa. ”Anak anak, apa yang kalian lakukan disini malam malam? Cepat masuk nanti mereka keburu datang!” ”ssssiapa?” kata Azmi, Habib, dan Rifqi kompak. ”Para penjahat itu, mereka tak segan segan membunuh siapapun yang mengganggu. Ayo cepat masuk.” Merekapun masuk kedalam rumah tua itu.
Pagi pagi sekali Rifqi keluar rumah untuk berolahraga. Tiba tiba sebuah mobil datang dari arah kiri, dan hampir menabrak Rifqi. Pemilik mobil itupun keluar, dan tampa mengucapkan satu kalimatpun ia memukuli Rifqi. Azmi berlari hendak menolong Rifqi dari pemilik mobil tadi. Tanpa di sengaja Azmi menendang seorang anak yang sedang bermain kelereng. Anak tersebutpun menangis, Azmi mencoba mendiamkannya tetapi tak berhasil. Orang tua anak tadi keluar dari rumah yang berbentuk kubus sambil membawa sapu. Azmipun dipukulinya tanpa ampun. Habib pergi menolong Azmi dan Rifqi yang sedang di pukuli oleh orang yang tak dikenal tadi. ”Aneh, kenapa semua orang disini tak bicara, hanya nenek nenek tua tadi malam yang bisa bicara” kata Habib yang setengah berlari. Saat Habib sedang melamun dan tak melihat jalan, Habib menabrak seorang remaja yang memakai baju sekolah. Habib berlari sekencang kencangnya, ia takut bernasip sama dengan kedua temannya. Saat itu Rifqi sudah berhasil kabur dari pemilik mobil yang tak sengaja ia hadang, begitu juga Azmi.
Azmi dan Rifqi menyusul Habib yang dikejar oleh anak remaja aneh. Sekarang ada empat orang yang sedang kejar kejaran. Habib terus berlari hingga jalan besar yang tertutup oleh sebuah kayu besar, ”bib tungguin!!!” kata Azmi yang sedang lari dibelakang anak remaja berpakaian sekolah tersebut. ”Waduh ada kayu besar bagaimana ini” Habib mencari akal. ”Bib panjat kayunya ayo bib” kata Rifqi setengah berteriak. Habibpun memanjat kayu yang menghalangi jalan besar. ”Ayo bib kamu pasti bisa” kata Rifqi menyemangati. Habib memanjat kayu besar tadi dengan susahn payah. ”Ayo.......” anak remaja tadi menyusul Habib yang sedang memanjat batang tadi. ”Aduh kok susah banget sih” kata Habib. Habib terus memanjat sebisanya, tangan anak remaja itupun mencapai kaki Habib. Habib mulai panik, bagai mana jika ia tertarik kembali kebawah dan dihajar oleh anak tadi. ”Ayo bib jangan nyerah” Azmi dan Rifqi sudah hampir mencapai batang pohon yang besar tadi. ”Ayo sedikit lagi” kata Habib dalam hati.Habib berhasil memanjat batang kayu yang besar, iapun melompat kebawah disusul oleh anak remaja lalu Azmi dan Rifqi.
Sesampainya di jalan besar Habib menarik sebuah ranting untuk menghambat anak remaja yang mengejarnya, ranting itupun tepat mengenai sasaran. Momen ini digunakan oleh Azmi dan Rifqi untuk mengejar Habib yang sudah jauh didepan. Akhirnya Azmi dan Rifqi dapat mengejar Habib, segera setelah itu, anak remaja berpakaian sekolah tadi sembuh dari maboknya setelah tersabet ranting pohon, maka terjadilah adegan kejar kejaran lagi. Habib dan kawan kawan lari hingga sampai ke sebuah sungai yang besar, tanpa berpikir panjang mereka terjun kedalam sungai karena sudah terdesak. Anak remaja yang mengejar Azmi dan kawan kawan berhenti sebentar dipinggir sungai seperti sedang berpikir. ”Bagus ini kesempatan kita untuk pergi dari desa ini” ”apa kamu sudah gila karena dipukuli oleh bapak bapak anak jelek tadi? Kita akan pergi dengan apa? Apakah kamu ingin mengikuti sungai ini dan menuju tempat yang tak jelas!” ”Aha, ide yang bagus! Ayo kita ikuti aliran sungai ini.” Tiba tiba Rifqi merasakan sesuatu yang aneh ”eh sepertinya ada yang aneh deh....” ”Awas!!!!!!” Azmi berteriak melihat anak remaja lompat kearah teman temannya.
Tiba tiba anak remaja itu berteriak sangat kencang ”tolong tolong aku tak bisa berenang!!!!!!” Rifqi yang paling belakang menghampirinya. ”Awas Rifqi, nanti ia akan menerkammu” ”tidak ia sudah berubah apakah kalian tidak merasakannya? Sebelumnya ia tak bisa bicara tetapi setelah masuk kedalam sungai ini ia langsung bicara” Ridqi terus berenang melawan arus demi menyelamatkan anak remaja yang berteriak meminta tollong. ”tidak ia hanya bersandiwara setelah itu kau akan ditenggelamkannya” Azmi terus berteriak Habib diam saja dan Rifqi tak menghiraukan teriakan Azmi. ”Terima kasih kau mau berbaik hati menolongku” ”apa kataku dia tak berbahayakan.” Mereka berempatpun pergi mengikuti aliran air sungai sambil bercerita. Ternyata anak itu adalah penghuni kota kecil yang didatangi oleh Rifqi dan kawan kawan.
”Pada suatu pagi, saat aku hendak pergi ke sekolah ada sebuah kabut yang sangat tebal kabut itu membuatku tak bisa melihat apapun. Sebenarnya nenek nenek peramal yang tinggal di rumah segitiga telah mengingatkan seluruh penduduk kota agar masuk kedalam rumahnya tetapi hanya sedikit yang mau mendengarkannya dan masuk kedalam rumahnya. Hingga kejadian itu tiba hanya empat orang yang mau mendengarkannya. Saat itu aku bingung apa yang akan aku lakukan jika terjebak disini selamanya. Tiba tiba ada yang menarikku keluar dari tubuhku dan melemparkan ku di suatu tempat yang berkabut. Hingga saat kalian menyadarkanku dari tempat mengerikan itu aku hanya berharap suatu saat nanti aku keluar dari situ. Oh iya namaku Hilmi terimakasih ya”
Berhari hari mereka menghanyutkan diri di sungai akhirnya mereka sampai pada tujuanya. Desa terdekat yang berada di kaki gunung. Mereka menceritakan semua pengalaman mereka di desa yang berada di dekat puncak gunung. Penduduk desa menertawakan cerita kami dan berkata ”menurut legenda kota lafist sudah terkena awan panas bertahun tahun silam dan tak menyisakan apapun” memang kisah ini sulit dipecaya tetapi ditertawakan seperti ini sungguh tak mengenakkan. ”apakah kalian sudah pernah mendaki gunung ini sampai puncak?” kata Habib memojokan. Para penduduk terdiam ”kami mengaku memang ada yang sudah pernah tetapi tidak kembali kesini lagi. Sejak saat itu tak ada penduduk desa yang mau mendaki gunung terkutuk ini.” Akhirnya penduduk desa mempercayai cerita Hilmi dan kawan kawan. Seluruh penduduk sepakat melaporkan kejadian ini kepada polisi. Polisipun tak langsung mempercayai cerita ini. Mula mula polisi itu menertawakan setelah terpojok mereka mulai percaya dan membantu menuntaskan kegilaan orang orang penghuni kota lafist dengan menyiramkan air dari langit. Setelah itu penduduk kota lafist yang sudah sadar menceritakan cerita yang sama. Cerita inipun tersebar kemana mana, hingga saat ini kuceritakan kisah ini kepada kalian.
The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar