Desa Misteri
Oleh: Habiburrahman
Libur kenaikan kelas sudah tiba. Habib, Azmi , dan Rifqi pergi berlibur.
Mereka pergi ke gunung heoglafist dengan mobil Azmi. Perjalanan yang jauh dan
melelahkan, saat matahari mulai turun merekapun beristirahat di sebuah desa
bernama lafist. ”Mi udah gelap nih, istirahat dulu yuk,” kata Rifqi memberi
usul. ”Iya, Rif udah gelap, ya, ga kerasa,” Azmi mengiyakan menyusul. ”Dikit
lagi nyampe ke puncak, dah ah, lanjut aja,” Habib merasa keberatan. ”kamu sih
enak tinggal tidur aja, lah? Saya harus nyetir, ” Iya, Bib, jangan egois, udah
gelap kayak gini kok malah langsung, nanti bahaya loh.”
”Yang penting kita pikirin mau
bermalam dimana?”
”Betul juga ya, Mi, eh, di situ kayaknya ada desa”
Habib akhirnya mengalah juga.
”Mana, ah?” kata Rifqi sambil mengeluarkan kepalanya keluar jendela. ”Itu loh yang terang terang kayak ada lampu.”
”Ooo... itu, Rif, yang ada kuning
kuningnya.” akhirnya Azmi menemukannya juga.
”Udah gak usah dicari lagi nanti juga ke sana.” Azmipun mengarahkan
mobilnya ketempat yang bercahaya.
Di sepanjang jalan mereka melihat rumah kotak kotak,
”Dilihat dari jendela rumah itu sepertinya penghuninya sudah tidur” kata
Rifqi. ”Memang rumahnya gelap tapi barang kali rumah itu penghuninya masih
bangun, yuk kita coba dulu” Azmi yang sudah kelelahan ingin segera istirahat.
”Ga ah, aku gak mau mengganggu. Eh itu ada rumah yang masih terang yuk kita
coba numpang disana.”Tapi kelihatannya rumah itu angker deh” kata Rifqi
ketakutan. ”Udah ah gitu aja takut” Azmi sudah keluar dari mobil. ”Rif mau ikut
gak dari pada diluar ditemenin sama anjing anjing dipojok itu” Habib menyusul
Azmi. Rifqipun lari kearah Azmi dan Habib yang sudah setengah jalan. ”Ya sama
anjing aja takut” ejek Habib. ”Udah udah” kata Azmi menengahi. Azmi dan
Habibpun mengetuk pintu diikuti Rifqi yang ketakutan.
”Assalamu’alaikum ada orang didalam? halo?” Hening...
akhirnya seseorang didalam membukakan pintu yang kelihatanya sudah tua dan tampak
menyeramkan, Rifqipun menutup matanya. Sesosok nenek nenek tua muncul dari
balik pintu yang barusan dibuka. ”Kan kata saya juga apa, gak ada yang harus
ditakuti” Azmi membuka mata Rifqi secara paksa. ”Anak anak, apa yang kalian
lakukan disini malam malam? Cepat masuk nanti mereka
keburu datang!” ”ssssiapa?” kata Azmi, Habib, dan Rifqi kompak. ”Para penjahat
itu, mereka tak segan segan membunuh siapapun yang mengganggu. Ayo cepat
masuk.” Merekapun masuk kedalam rumah tua itu.
Pagi pagi sekali Rifqi keluar rumah untuk berolahraga. Tiba tiba sebuah mobil
datang dari arah kiri, dan hampir menabrak Rifqi. Pemilik mobil itupun keluar,
dan tampa mengucapkan satu kalimatpun ia memukuli Rifqi. Azmi berlari hendak
menolong Rifqi dari pemilik mobil tadi. Tanpa di sengaja Azmi menendang seorang
anak yang sedang bermain kelereng. Anak tersebutpun menangis, Azmi mencoba
mendiamkannya tetapi tak berhasil. Orang tua anak tadi keluar dari rumah yang
berbentuk kubus sambil membawa sapu. Azmipun dipukulinya tanpa ampun. Habib
pergi menolong Azmi dan Rifqi yang sedang di pukuli oleh orang yang tak dikenal
tadi. ”Aneh, kenapa semua orang disini tak bicara, hanya nenek nenek tua tadi
malam yang bisa bicara” kata Habib yang setengah berlari. Saat Habib sedang
melamun dan tak melihat jalan, Habib menabrak seorang remaja yang memakai baju
sekolah. Habib berlari sekencang kencangnya, ia takut bernasip sama dengan
kedua temannya. Saat itu Rifqi sudah berhasil kabur dari pemilik mobil yang tak
sengaja ia hadang, begitu juga Azmi.
Azmi dan Rifqi menyusul Habib yang dikejar oleh anak remaja aneh. Sekarang
ada empat orang yang sedang kejar kejaran. Habib terus berlari hingga jalan
besar yang tertutup oleh sebuah kayu besar, ”bib tungguin!!!” kata Azmi yang
sedang lari dibelakang anak remaja berpakaian sekolah tersebut. ”Waduh ada kayu
besar bagaimana ini” Habib mencari akal. ”Bib panjat kayunya ayo bib” kata
Rifqi setengah berteriak. Habibpun memanjat kayu yang menghalangi jalan besar.
”Ayo bib kamu pasti bisa” kata Rifqi menyemangati. Habib memanjat kayu besar
tadi dengan susahn payah. ”Ayo.......” anak remaja tadi menyusul Habib yang
sedang memanjat batang tadi. ”Aduh kok susah banget sih” kata Habib. Habib
terus memanjat sebisanya, tangan anak remaja itupun mencapai kaki Habib. Habib
mulai panik, bagai mana jika ia tertarik kembali kebawah dan dihajar oleh anak
tadi. ”Ayo bib jangan nyerah” Azmi dan Rifqi sudah hampir mencapai batang pohon
yang besar tadi. ”Ayo sedikit lagi” kata Habib dalam hati.Habib berhasil
memanjat batang kayu yang besar, iapun melompat kebawah disusul oleh anak
remaja lalu Azmi dan Rifqi.
Sesampainya di jalan besar Habib menarik sebuah ranting untuk menghambat
anak remaja yang mengejarnya, ranting itupun tepat mengenai sasaran. Momen ini
digunakan oleh Azmi dan Rifqi untuk mengejar Habib yang sudah jauh didepan.
Akhirnya Azmi dan Rifqi dapat mengejar Habib, segera setelah itu, anak remaja
berpakaian sekolah tadi sembuh dari maboknya setelah tersabet ranting pohon,
maka terjadilah adegan kejar kejaran lagi. Habib dan kawan kawan lari hingga
sampai ke sebuah sungai yang besar, tanpa berpikir panjang mereka terjun
kedalam sungai karena sudah terdesak. Anak remaja yang mengejar Azmi dan kawan
kawan berhenti sebentar dipinggir sungai seperti sedang berpikir. ”Bagus ini
kesempatan kita untuk pergi dari desa ini” ”apa kamu sudah gila karena dipukuli
oleh bapak bapak anak jelek tadi? Kita akan pergi dengan apa? Apakah kamu ingin
mengikuti sungai ini dan menuju tempat yang tak jelas!” ”Aha, ide yang bagus!
Ayo kita ikuti aliran sungai ini.” Tiba tiba Rifqi merasakan sesuatu yang aneh
”eh sepertinya ada yang aneh deh....” ”Awas!!!!!!” Azmi berteriak melihat anak
remaja lompat kearah teman temannya.
Tiba tiba anak remaja itu berteriak sangat kencang ”tolong tolong aku tak
bisa berenang!!!!!!” Rifqi yang paling belakang menghampirinya. ”Awas Rifqi,
nanti ia akan menerkammu” ”tidak ia sudah berubah apakah kalian tidak
merasakannya? Sebelumnya ia tak bisa bicara tetapi setelah masuk kedalam sungai
ini ia langsung bicara” Ridqi terus berenang melawan arus demi menyelamatkan
anak remaja yang berteriak meminta tollong. ”tidak ia hanya bersandiwara
setelah itu kau akan ditenggelamkannya” Azmi terus berteriak Habib diam saja
dan Rifqi tak menghiraukan teriakan Azmi. ”Terima kasih kau mau berbaik hati
menolongku” ”apa kataku dia tak berbahayakan.” Mereka berempatpun pergi
mengikuti aliran air sungai sambil bercerita. Ternyata anak itu adalah penghuni
kota kecil yang didatangi oleh Rifqi dan kawan kawan.
”Pada suatu pagi, saat aku hendak pergi ke sekolah ada sebuah kabut yang
sangat tebal kabut itu membuatku tak bisa melihat apapun. Sebenarnya nenek
nenek peramal yang tinggal di rumah segitiga telah mengingatkan seluruh
penduduk kota agar masuk kedalam rumahnya tetapi hanya sedikit yang mau
mendengarkannya dan masuk kedalam rumahnya. Hingga kejadian itu tiba hanya
empat orang yang mau mendengarkannya. Saat itu aku bingung apa yang akan aku
lakukan jika terjebak disini selamanya. Tiba tiba ada yang menarikku keluar
dari tubuhku dan melemparkan ku di suatu tempat yang berkabut. Hingga saat
kalian menyadarkanku dari tempat mengerikan itu aku hanya berharap suatu saat
nanti aku keluar dari situ. Oh iya namaku Hilmi terimakasih ya”
Berhari hari mereka menghanyutkan diri di sungai akhirnya mereka sampai
pada tujuanya. Desa terdekat yang berada di kaki gunung. Mereka menceritakan
semua pengalaman mereka di desa yang berada di dekat puncak gunung. Penduduk
desa menertawakan cerita kami dan berkata ”menurut legenda kota lafist sudah
terkena awan panas bertahun tahun silam dan tak menyisakan apapun” memang kisah
ini sulit dipecaya tetapi ditertawakan seperti ini sungguh tak mengenakkan.
”apakah kalian sudah pernah mendaki gunung ini sampai puncak?” kata Habib
memojokan. Para penduduk terdiam ”kami mengaku memang ada yang sudah pernah
tetapi tidak kembali kesini lagi. Sejak saat itu tak ada penduduk desa yang mau
mendaki gunung terkutuk ini.” Akhirnya penduduk desa mempercayai cerita Hilmi
dan kawan kawan. Seluruh penduduk sepakat melaporkan kejadian ini kepada
polisi. Polisipun tak langsung mempercayai cerita ini. Mula mula polisi itu
menertawakan setelah terpojok mereka mulai percaya dan membantu menuntaskan
kegilaan orang orang penghuni kota lafist dengan menyiramkan air dari langit.
Setelah itu penduduk kota lafist yang sudah sadar menceritakan cerita yang
sama. Cerita inipun tersebar kemana mana, hingga saat ini kuceritakan kisah ini
kepada kalian.
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar