Senin, 13 Agustus 2012

Cerita Bersambung


MISTERI DIMENSI WAKTU
KARYA: MUHAMMAD AL-FARUQ HABIBURRAHMAN
“Byar... byar,” ledakan demi ledakan diluncurkan untuk menghalang halangi para siswa yang mengikuti ujian simulasi misi pertama mereka. Ya ini adalah hari pertama Rogest Ricard Bachman atau yang biasa disebut Cardy, Ricko Roxie Bachman alias Coro, dan Alexander Leonardo Bachman alias Alex masuk ke dalam sekolah tinggi pertama Elux. Diujian pertama mereka, mereka harus menghadapi sebuah robot penghancur yang lumayan hebat. Robot itu dilengkapi dengan peluncur misil, senapan mesin, bom bom yang tidak terlalu membahayakan, dan pisau pisau yang tajam. Cardy yang dikelompokan bersama saudara saudaranya yaitu Coro dan Alex bersama seorang gadis cantik yang bernama Kate, sampai kewalahan mengahadapi sebuah robot kecil itu. Mereka hanya dibekali dengan pistol laser, baju anti radiasi, tali, beberapa granat, dan sepatu roket.
“Hoi Kate, berhentilah menghabiskan granat kita!” kata Coro yang sejak tadi memerhatikan Kate yang terus menerus melemparkan granat.
“Kau tidak tau apa apa diam saja,” balas Kate ketus. Cardy berusaha melerai mereka ditengah tekanan robot penghancur yang sejak tadi terus menerus menembak mereka.
“Sudah hentikan kita ini kelompok, jangan bertengkar. Coro berhentilah berbicara dan pikirkan cara untuk menghancurkan robot ini. Kate, Coro benar jangan terlalu banyak melemparkan granat granat yang kita miliki!” Akhirnya Coro dan Kate berhenti juga, Alex tidak terlalu peduli dengan pertengkaran Kate dan Coro. Walaupun sudah Cardy pisahkan tetapi Coro diam diam mematikan sepatu roket Kate yang sedang asyik asyiknya membuang buang granat. “kyaa...” teriak Kate yang terjatuh kebawah, sialnya tepat dibawah Kate adalah pisau pisau robot penghancur yang siap mencincang tubuhnya. “Rasakan, itu adalah pembalasan dariku” kata Coro. “Kate!” kata Cardy. Tiba tiba Alex menyambar Kate dengan cepat dan membawanya menjauh dari robot penghancur itu.
“Hoi Coro walaupun kau sedang bertengkar dengannya dia itu tetap teman satu tim kita tahu” kata Alex yang sedari tadi diam saja. “anak kecil diam saja kau ini urusan orang dewasa.” Jawab Coro dengan nada kasar. “Aku sudah 13 tahun tahu, lagi pula umur kita tidak terlalu jauh berbeda.” “Diam kalian, Coro jangan mulai lagi.” Kata Cardy melerai Alex dan Coro yang bertengkar. “Ini salah kau hingga aku nyaris jatuh ke robot itu untung Alex berhasil menyelamatkanku. Kalau tidak ada Alex, kau akan ku kutuk seumur hidumu.” Kata Kate yang sudah tenang. “Coba saja kalau bisa!” kata Coro sambil terbang menjauh dari Kate. “Awas kau ya,” kata Kate yang mengejar Coro. Cardy yang merasa bosan terus menerus melerai pertikaian hanya memperhatikan apa yang Coro dan Kate lakukan, sama halnya dengan Alex.
Tiba tiba sesuatu yang aneh terjadi, Cardy merasa mual, pusing, dan lemas. Dia merasa seperti tersedot kedalam dimensi waktu. Seketika Cardy lenyap tertelan dimensi. “Cardy!” teriak semua orang. “Hentikan! Hentikan simulasi sekarang juga!” kata pak Ricard ketua pelaksana simulasi ini.
“Cardy, Cardy, Cardy...” suara yang misterius memanggil manggil Cardy.
“Siapa disana!” seru Cardy yang masih setengah sadar kaget mendengar suara itu.
“Apa ini? Ini adalah Cardy, Coro! Alex! Kate! Apa yang teejadi? Dimana kita?” teriak Cardy memanggil teman seregunya yang tidak memperhatikannya.
“Hoi Alex, semuanya! Bisakah kalian mendengarku?” lanjut Cardy. Coro dan yang lain terlihat sama dengan terakhir kali Cardy bersama mereka. Kejadian selanjutnya tentu saja Kate yang mengejar Coro lalu Cardy masa lalu dan Alex yang diam saja dan tidak memperhatikan robot penghancur yang diam – diam mengincar Kate dan Coro.
“Kate, Coro awas” Cardy berusaha menjadikan tubuhnya sebagai perisai agar misil yang ditembakan robot penghancur tidak mengenai Coro dan Kate. Tetapi misilnya malah menembus tubuh Cardy.
“Coro, Kate, awas!” seru Cardy yang melihat misil itu mengenai Coro dan Kate. Cardy masa lalu hanya bisa melihat dan menyesali, kenapa ia tidak cepat cepat melerai mereka. Kalau ia lebih siaga ini tidak akan terjadi. Begitu pula dengan Alex. Tiba tiba semua itu berhenti, benar benar berhenti. Cardy menjadi bingung apa yang harus dia lakukan, ini adalah pertama kalinay ia berada dalam dimensi waktu. Tiba tiba tertulis sesuatu di udara. Itu seperti pesan, seperti inilah isinya.
Apakah kau sudah lihat takdirmu? Kau akan menyesal selamanya jika kau membiarkan itu terjadi. Akan ku beri tahukan kaalau robot itu sedang dikendalikan oleh sky drive, karena itu dia menembak kearah Coro dan Kate. Aku memberikanmu kesempatan kedua gunakanlah sebaik baiknya.
Cardy dibawa kembali kemasa lalu, ia dating ke masa dimana Coro sedang mematikan sepatu roket Kate.
“Hentikan! Kalau kau melakukannya kita semua akan mati!” seru Cardy kepada Coro.
“Dari mana kau tau? Apa yang terjadi pada mu, Cardy?” Tanya Alex, Coro, dan Kate. Nampaknya pak Ricard juga mendengar seluruh kebisingan itu. Ia lalu turun tangan dan menonaktifkan system simulasi. Cardy dibawa ke ruang guru untuk dimintai keterangan.
“Cardy dari mana kau tahu kalau kalian akan mati jika saja Coro mematikan sepatu roket Kate? Jawab aku!” Tanya pak Richard sedikit kasar.
“Eh, i… itu haa… nya pe… pe perasaanku saja,” jawab Cardy terbata bata.
“Bohong! Aku tidak percaya. Jawab dengan jujur kenapa kau bias tahu hal yang belum terjadi?” Tanya pak Richard lagi. Pak Richard sebenarnya adalah guru yang baik tetapi ia hanya tidak mau ada muridnya yang terluka, makanya ketika ada kasus seperti ini ia berubah menjadi sangat tegas.
“Be… benar aaaku tidak bohong” jawab Cardy lagi. Mendidih sudah titik kesabaran pak Richard yang rendah itu. Ia langsung memeriksa saku dan kantong kantong Cardy satu per satu. Tidak disangka pak Richard menemukan sebuah alat yang bisa membawa seorang manusia kedalam dimensi waktu, alat itu di sebut alat nogotrus.
“Jadi kau melihat masa depanmu dan mengulangnya, mungkin aku berterima kasih kau sudah menyelamatkan jiwa Coro, tapi kau tahu benda ini dilarang di sekolah Elux ini, jadi alat ini akan kusita selamanya. Mengerti?” tukas pak Richard panjang lebar.
“Aku mengerti” jawab Cardy sedikit heran. Padahal ia tidak membawa apa apa ketika simulasi.
“Apakah ini dari orang yang memanggilku waktu itu?” kata Cardy dalam hati. Cardy keluar ruangan guru, ia berpas pasan dengan seorang guru yang biasa dipanggil mrs. Cindy. Menurut kabar ia adalah wali kelas 1-1. Kelas dimana Cardy, Coro, Alex, dan Kate berada.
“Siang Cardy, sepertinya kau sudah membuat beberapa keributan sebelum sekolah berjalan efektif. Kalau kau tidak keberatan saya ingin tahu bagaimana lengkapnya kejadian itu. Apakah kau keberatan?” kata mrs. Cindy.
“hmm, tidak aku tidak keberatan.” Kata Cardy.
“Nah kalau kau tidak keberatan tolong ikuti saya.” Kata mrs. Cindy lagi.
Cardy pun dibawa ke ruangan pribadi wali kelas yang sangat rapih dan teratur. Di sana ada pak Schovelsky, wali kelas kelas 1-3.
“Siang pak Schovelsky, maaf sedikit mengganggu, ada sedikit kasus yang harus saya tangani sekarang.” Sapa mrs. Cindy. Yang dibalas hanya dengan senyum oleh pak Schovelsky.
“Sekarang kita mulai, tolong jawab sejujur jujurnya ya. Apa yang sebenarnya terjadi saat itu?” tanya mrs. Cindy. Melihat mrs. Cindy yang lembut dan baik itu akhirnya Cardy menceritakan apa yang waktu itu ia alami secara lengkap tanpa dikurangi atau ditambahkan.
“Jika demikian kejadiannya, kau tidak bisa disebut sebagai pelaku, bisa jadi kau adalah korban. Pokoknya serahkan ini kepada para guru, kami yang akan menanganinya dengan serius. Dan untuk sementara bersikaplah biasa kepada seluruh siswa ya.” Kata mrs. Cindy dengan nada yang agak serius.
Cardy pun kembali ke kamarnya yang baru dibereskan. Walaupun tidak serapih ruang guru, kamarnya terlihat cukup rapih.
“Aku pulang,” kata Cardy sambil melihat lihat.
“Selamat datang” kata Coro dan Alex bersamaan. Mereka tidak mau dipisah kamarnya, selalu bersama. Sebenarnya mereka adalah saudara kembar, dari mereka semua Cardy adalah yang tertua. Ia sering dijuluki si jenius. Yang kedua adalah Coro, ia sering dijuluki si lincah. Dan yang paling muda adalah Alex dia biasa dijuluki si kuat. Walaupun kembar sifat mereka sangat jauh berbeda. Cardy lebih bersikap dewasa, Coro lebih kekanak kanakan dan egois, Alex lebih pendiam dari yang lain ia tidak suka keributan.
“Cardy apa yang mereka lakukqan kepadamu?” tanya Coro ketika mereka makan malam.
“Tidak, meraka tidak melakukan apa apa kepadaku mereka hanya bertanya kepadaku tentang apa yang terjadi pada saat aku masuk ke dimensi waktu.” Terang Cardy.
“Syukurlah, tapi bagaimana kau bisa masuk ke dimensi waktu?” sekarang giliran Alex yang berbicara.
“Aku juga tidak tahu, itu terjadi secara tiba tiba. Ketika itu aku sedang melihat kau dan Kate yang saling kejar mengejar, lalu aku merasa mual lalu pusing lalu aku tidak sadarkan diri. Saat aku sadar aku telah berada dalam dimensi antar waktu. Setelah itu aku melihat sedikit masa depan yang sedikit tidak menyenangkan. Aku melihat Coro dan Kate terkena misil yang cukup berbahaya. Lalu aku melihat sebuah pesan yang melayang di dinding.” Kata Cardy menceritakan apa yang terjadi.
“Apa pesannya?” kata Coro dan Alex bersamaan.
“Sudah jelaskan itu rahasia, bahkan untuk kalian yang termasuk orang orang yang dekat dengan ku.” Jawab Cardy yang tidak mau meluberkan apa pesan yang dia liahat.
“Yaah payah, sedikit saja, tidak perlu banyak banyak.” Kata Coro dan Alex yang mencoba membujuk Cardy yang tetap tidak mau menceritakan isi pesannya.
“Tidak” “permen” “tidak” “roti bakar” “tidak” “pizza” “memangnya kita punya?” “eh, tidak ada ya, kalau begitu  makan malamku untukmu” “kau sudah menghabiskannya” “aku akan buat lagi” “hoi, Coro sejak kapan makanan buatanmu menjadi lezat dimakan?” “kalau kau tidak mau tahu apa isi pesannya minggir saja Alex” “oi kenapa malah kalian yang ribut?” “makanya kau harus memberi tahukan kami apa isinya” “tidak, pokoknya tidak.”
“Yasudah kalau begitu aku akan memutuskan hubungan denganmu.” Kata Coro dengan niat agar Cardy memberi tahu apa isi pesannya.
~BERSAMBUNG~

2 komentar:

  1. gimana cara ngirim-ngirimnya bib?

    BalasHapus
  2. gampang kok, kan oya udah jadi admin, tinggal ke blogger terus desain.

    BalasHapus